Musik Punk untuk Semua

Setiap band pasti punya misi dan visi terhadap karyanya. Termasuk Dindapobia. Band melodic punk asal Surabaya ini punya satu tujuan. Yaitu, menghilangkan cap bahwa musik punk identik dengan kekerasan. 

Band beranggota Ogie (gitaris dan vokalis), Anto (gitaris), Feri (basis), Edel (drumer), dan Tari (backing vocal) ini punya keinginan kuat. Mereka ingin musik punk didengar semua telinga.

Dindapobia mengusung karakter punk yang kuat, namun dengan lirik tak terlalu pedas. Mereka mengangkat tema sehari-hari, termasuk cinta. Musiknya penuh semangat dengan sampling-sampling unik. 

Sejak terbentuk pada 2000, mereka sudah merilis tiga album. Di antaranya Cloningshit (2000),Dindapobia (2004), dan The Triumph (2008). Namanya melejit lewat single Lakukan Saja di album kedua. Sejak itu, mereka makin aktif manggung.

"Gara-gara ini, kami sempet keenakan lupa studio. Makanya, The Triumph jaraknya kan panjang banget sama album kedua," ujar Ogie, penulis sebagian besar lirik Dindapobia.

Single yang diluncurkan juga sempat menjadi hit di Medan, Bekasi, dan Cirebon. Beberapatrack merajai tangga lagu radio lokal di sana. Fanbase Dindanisme (sebutan untuk fans dinda) ada di Bekasi dan Nganjuk. 

"Justru bukan Surabaya, karena kami memang kurang ngangkat di Surabaya. Homebase di sini, tapi kami masih suka record di Jakarta, launching di Jakarta. Album kedua itu buktinya," jelas Feri.

Meski banyak respons positif dari luar, mereka bukan kacang yang lupa pada kulitnya. Di album ketiga, Dindapobia mulai jalan dari Surabaya. "Nggak harus ke Jakarta kan untuk berkarya," celetuk Feri. 

Proses rekaman hingga pembuatan klip The Triumph dilakukan di Surabaya. Begitu jugalaunching. Band ini meminta restu Kancut Record untuk rekaman di studio milik Dindapobia. Mereka pun mantap menunjukkan bahwa Surabaya juga bisa.(puz/kkn)

0 komentar:

Posting Komentar

Comments