Bisnis Jamur Tiram Pantang Suram


Dari Cisarua-Bandung Barat, Sabili berkesempatan berkunjung ke sebuah tempat usaha budidaya jamur tiram milik Haji Djuhiya, pensiunan polisi (ajudan inspektur) yang mendapat penghargaan Satya Lencana Pembanguan oleh Presiden RI ke-2 Soeharto. Belum banyak yang tahu, ternyata jamur tiram adalah bisnis yang sangat menjanjikan. Kabarnya, jamur tiram akan dijadikan tanaman pangan masa depan.

Kerap orang menilai, masa pensiun adalah masa dimana seseorang tidak lagi berguna dan produktif. Boleh jadi benar, tapi hal itu tidak berlaku bagi Haji Muhammad Djuhiya. Di Kecamatan Cisarua, Bandung Barat, Jawa Barat, Djuhiya membuat kelompok Citra Jamur Lestari. Kelompok ini membudidayakan jamur kayu tiram putih yang bergizi tinggi untuk memenuhi pasar lokal dan ekspor.
 
Awalnya, Djuhiya tidak menanam jamur. Ia semula dikenal sebagai peternak ayam, sapi dan sayur mayur. Usaha jamur tiram baru ia geluti sejak tahun 1991, sesudah memasuki masa pensiun. 

“Saya mempelopori ayam ras. Bahkan saya mendapatkan penghargaan sebagai peternak teladan nasional, khususnya sapi perah. Iseng-iseng, saya mencari inovasi baru dengan menanam jamur tiram. Ketika itu sudah ada yang menanam jamur, tapi tidak berkembang,” ungkap Djuhiya. 

Bermula dari langseng nasi, Djuhiya memindahkannya ke  drum, hingga ia punya ruang-ruang khusus pembudidayaan jamur dengan menggunakan pollibag. Ia juga mendapat bantuan modal dari bank. Singkat cerita, Djuhiya sukses sebagai petani jamur tiram.
    
Mengikuti jejak Djuhiya, kini terdapat 600 petani yang berusaha jamur, mulai dari Cisarua, Parongpong, dan daerah lainnya. Jika digabung dalam sehari bisa menghasilkan 10-15 ton jamur tiram. Sebelumnya hanya sekilo–dua kilo. 

''Permintaan dari luar negeri sebesar 8 ton per bulan belum bisa dipenuhi,'' Djuhiya menjelaskan.
 Ketekunannya membudidayakan jamur tiram, menghantarkan Djuhiya menjadi petani sukses. Ia pernah mendapatkan penghargaa Satya Lencana Pembangunan dari Presiden Soeharto pada 1997. Dari pergulatannya dengan bisnis jamur, kakek berumur 73 tahun dengan 26 cucu dan bercicit 9 itu sempat berkeliling dunia dari Asia, Eropa hingga Afrika. Selatan, Zambia, Sudan, Tanzania, Kenya, Uganda, dan Makkah. 


Dalam rangka Hari Pangan se-Dunia di Roma, Djuhiya juga mendapatkan penghargaan dari FAO tahun 1985. Rencananya, Djuhiya diundang untuk menjadi pembicara di Cina.

Djuhiya kini memiliki lahan seluas 1,5 hektare, menyatu dengan tempat tinggalnya. Dalam kesempatan itu, saya diajak keliling ke tempat penanaman budiaya jamur tiram, dengan ruang-ruangnya, mulai dari  pembibitan, inkubasi, dan produksi. Adapun media yang digunakan adalah serbuk gergaji, dedak, dan kapur.

0 komentar:

Posting Komentar

Comments