Sebuah fenomena: Konflik Horizontal Manusia Dengan Harimau

Oleh : henry [green]

“ketika melihat suasana sekaten di solo 9 maret 2009, disana ada pedagang yang menjual penyu kecil yang diletakkan dalam ember biasa, padahal penyu-penyu itu akan hidup lebih baik jika dikembalikan ke habitat aslinya”

Belum lama ini di berbagai media memberitakan tentang kematian warga akibat serangan harimau. Kejadian itu terjadi di wilayah pekanbaru, riau. Hampir dalam sepekan ada korban yang meninggal akibat serangan harimau. Harimau melakukan penyerangan tanpa rasa takut. Harimau itu memasuki pemukiman warga yang berada dekat dengan hutan. Awalnya hanya ternak warga saja yang di mangsa oleh harimau itu. Lalu pemilik hewan ternak pun menjadi sasaran empuk makanan harimau. Warga yang merasa terancam oleh kedatangan harimau ke pemukiman lalu mengambil tindakan dengan menangkap dan bahkan membunuh harimau. Mereka bertindak itu atas dasar untuk melindungi dirinya dan keluarga dari bahaya harimau.

Bunuh dan membunuh menjadi ajang seru yang kini kita saksikan antara manusia dengan harimau. Harimau yang memangsa manusia terdorong oleh naluri hewaniyah-nya untuk makan karena lapar. Harimau tanpa pilih-pilih dan pandang bulu memangsa apa saja yang memenuhi kriterianya. Yang penting berdaging, ‘ungkap harimau’. Karena memang harimau adalah hewan sejenis karnivora yang sukanya makan daging. Maka tidak heran jika yang di pilih untuk santapannya adalah hewan ternak dan yang lebih terbaru adalah manusia. Seandainya harimau itu bisa berpikir mungkin ia tidak akan memangsa manusia, tapi yang dimangsanya adalah musuh alaminya di hutan. Namun sayang sekali, musuh alami yang dulunya tersedia di alam (hutan) telah banyak yang musnah. Entah musnah kenapa?. Yang pasti ada hubungannya dengan campur tangan pihak-pihak yang selalu saja mencampuri urusan rumah tangga hutan alam dan ekosistem yang ada di dalamnya. Sapa lagi kalau bukan orang jail atau iseng dan pelaku pengrusakan hutan. Seperti kita ketahui bahwa kini dan hari ini hingga detik ini, telah banyak deforestasi yang terjadi di pulau Sumatra. Salah satunya di kota riau. Perubahan yang tidak baik ini pun turut andil dalam menyumbang air melimpah bagi terwujudnya banjir bandang yang terjadi beberapa waktu lalu. wow luar biasa bukan??padahal kota riau dari masa ke masa tidak pernah banjir, namun kini semua telah berubah parah. Berubah untuk perbaikan bukan untuk kemudharatan.

“Namun sayang sekali, musuh alami yang dulunya tersedia di alam (hutan) telah banyak yang musnah. Entah musnah kenapa?. Yang pasti ada hubungannya dengan campur tangan pihak-pihak yang selalu saja mencampuri urusan rumah tangga hutan alam dan ekosistem yang ada di dalamnya”

Rantai Makanan Yang terputus

Dalam kaca mata displin ilmu, rantai makanan berarti peristiwa memakan dan di makan antara makhluk hidup dalam lingkungannya. Ekosistem alam telah menyediakan lingkaran yang tak terputus (rantai) yang membuat seluruh makhluk hidup di dalamnya mampu bertahan hidup secara mandiri. Artinya hewan-hewan dan tumbuhan yang ada di dalamnya tidak akan pernah musnah. Semuanya saling melengkapi kebutuhan satu dengan yang lainnya. Tumbuhan menjadi produser pertama, hewan sebagai konsumen kedua, cacing (decomposer) sebagai konsumen ketiga. Dari rantai itulah terjadi peristiwa yang alami. Sebuah keindahan dari kehidupan di dunia untuk di cermati dan di pelajari.

“rantai makanan berarti peristiwa memakan dan di makan antara makhluk hidup dalam lingkungannya. Ekosistem alam telah menyediakan lingkaran yang tak terputus (rantai) yang membuat seluruh makhluk hidup di dalamnya mampu bertahan hidup secara mandiri”

Lantas, fenomena yang belakangan ini kita saksikan adalah suatu fenomena yang aneh bin unik. Harimau ternyata suka juga memangsa manusia. Begitu juga manusia telah suka mencampuri pola kehidupan hutan alam yang harmonis dan selaras menjadi kacau. Harimau tidak mungkin memangsa manusia untuk memenuhi hasrat hewaninya jika pola rantai makanan yang harmonis itu tidak di rusak dan di putus oleh penggangu. Ada keserakahan yang meng’anjing’ buta dalam perilaku pengrusak hutan. Seolah-olah mereka adalah penguasa yang seenaknya saja menghancurkan hutan. Mereka secara tidak sadar dan memang sudah tidak waras (edan) memutus harmonisasi alam (rantai makanan). Merekalah yang menjadi biang kerok dari fenomena yang terjadi akhir-akhir ini. Merekalah yang pantas di mangsa oleh harimau.

Kembalikan Harmonisasi Alam (untaian rantai makanan)

Harimau tidak akan menjadi ganas dan memangsa manusia jika makanan alaminya di hutan tidak diusik ataupun diputus. Harimau hanyalah seekor hewan yang tidak tau apa-apa. Ia hanya mengetahui bagaimana caranya untuk makan. Ia hanya hidup dari nalurinya. Ia tidak bisa mengembalikan rantai makanan yang terputus dengan sendirinya. Jadi jangan sampai ada lagi pembuhuhan terhadap harimau. Harimau adalah satwa langka. Hewan ini perlu perhatian bukan pembantaian. Ia butuh makan bukan untuk dijadikan makanan. Ia hanya butuh kedamaian hidup di habitatnya (hutan) bersama dengan rantai makanan yang terjalin indah. Mereka tidak akan mengamuk hingga ke pemukiman warga jika hutannya tetap dijaga dan dilestarikan.

“Harimau adalah satwa langka. Hewan ini perlu perhatian bukan pembantaian. Ia butuh makan bukan untuk dijadikan makanan. Ia hanya butuh kedamaian hidup di habitatnya (hutan) bersama dengan rantai makanan yang terjalin indah”

Dalam rantai makanan, manusia juga merupakan konsumen yang suka memakan segalanya (omnivora). Tapi apakah harimau harus dijadikan makanan juga?pembuhunan terhadap harimau harus segera di hentikan. biarkan harimau hidup di habitnya bersama dengan ekosistem hutan alami. Biarkan ia memakan hewan (musuh alaminya). Biarkan harimau melengkapi harmonisasi hutan alam sekarang juga!!!.Stop pengrusakan hutan!Pengrusak hutan adalah musuh yang harus dibasmi dari muka bumi dan bila perlu jadi mangsa harimau!!!

0 komentar:

Posting Komentar

Comments